
Selain beasiswa, keuntungan lain bisa kuliah di Ritsumeikan Asia Pacific University (APU) adalah kemudahan mencari part time job atau kerja paruh waktu. Berbekal visa pelajar, seorang mahasiswa bisa dengan mudah mencari pekerjaan sambilan di Beppu, Jepang. Arubaito!
Memang, rasanya kurang afdol studi di luar negeri tanpa mencicipi kerja paruh waktu, tak terkecuali di Beppu, Jepang. Hal ini seperti diungkapkan Anindya Pradipta atau akrab disapa Anin. Bagi dia, kerja paruh waktu atau arubaito adalah sesuatu menyenangkan dilakukan oleh pelajar seperti dirinya yang hidup jauh dari orang tua.
Anin mengakui, bekerja mencuci piring dan menyajikan makanan di sebuah pusat makanan yang tidak jauh dari kampusnya adalah pengalaman untuk belajar hidup mandiri. Tidak mudah baginya bekerja di lingkungan orang Jepang yang sangat mengutamakan kepuasan tamu.
"Kita harus mampu memperlihatkan pelayanan terbaik di depan tamu, padahal di dapur kita kerja keras bukan main dan banyak tantangannya. Awal-awalnya memang terasa susah, tetapi setelah sudah menjadi santapan sehari-hari akhirnya terbiasa juga. Di sini, apabila kita bekerja dengan baik dan dipercaya oleh atasan, kita akan terus dijadikan karyawan dan selalu dipercaya," ujarnya.
Cerita tak kalah seru juga dialami Audi Rahmantio atau biasa disapa Audi. Pengalaman pertamanya dengan arubaito adalah menjadi tenaga pembersih kelas setiap jam 6 sampai 8 pagi.
"Waktu itu saya masih tinggal di asrama atau AP House. Saya mendapat banyak pengalaman bagaimana susahnya menjadi cleaning service, terutama juga merasakan kejengkelan terhadap orang yang suka membuang sampah sembarangan di kelas. Karena itulah, kalau saya membuang sampah sembarangan di kelas, saya tahu betul betapa jengkelnya menjadi orang yang bertanggung jawab untuk membersihkannya," kata mahasiswa APM semester empat ini.
Audi juga pernah bekerja sebagai staf di hotel di kota Yufuin. Pekerjaannya adalah membersihkan kamar hotel, mencuci piring, menyiapkan makanan dan minuman, dan membersihkan ofuro (kamar mandi khas Jepang). Semuanya harus dikerjakan dengan sebaik mungkin.
Sejak itulah, selain bisa punya penghasilan tambahan dan keberanian untuk belajar, kecakapan berbahasa Jepang Audi semakin terasah. Bekerja paruh waktu terus dia lakukan seperti menjadi pengangkat kursi selama seminggu penuh di kampus, menjadi asisten fotografer, hingga menjadi pramusaji restoran.
Pengalaman Audi pun semakin matang. Ia mengaku, dimarahi sesering apa pun dan sekasar apa pun, dia akan cuek saja. Hal terpenting baginya adalah dia tahu kesalahannya dan apa yang harus ia lakukan kemudian untuk memperbaiki sehingga tak perlu mendengar omelan lagi.
"Saya harus terbiasa menghadapi orang-orang yang punya karakter keras di setiap pekerjaan saya di sini. Apabila kita mengerjakan sesuatu dengan ikhlas dan punya niat untuk belajar, kita pasti akan mendapatkan pelajaran berharga dari pekerjaan itu dan itu sesuatu hal yang menyenangkan," ucapnya.
Tidak sulit menemukan lowongan arubaito di Jepang
"Standar penghasilan dari bekerja sambilan di Beppu itu per jam 650-800 yen. Jadi, bisa berpenghasilan 40.000 yen per bulan dari kerja sambilan bukan hal sulit di sini," tambahnya.
Tak ada yang sulit, memang. Kuncinya hanya kemauan. Hal itu seperti dikatakan Erica Marcella Dewi.
Pengalaman menjadi chef di salah satu restoran selalu diingat Erica sebagai pelajaran berharga. Selain banyak bahan makanan harus diingat, dia juga harus membedakan piring sajian lantaran setiap makanan harus disajikan di piring berbeda. Belum lagi tekanan orang-orang Jepang yang menurutnya "supergalak".
"Karena itu, siapkan fisik dan mental kuat," ujar Erica yang kini telah menjadi chef assistant di Machako, salah satu restoran yang sudah berdiri 30 tahun di Beppu.
Erica mengaku bersyukur bisa bertahan menjadi mahasiswi yang berhasil mencari penghasilan tambahan dengan bekerja paruh waktu. Bahkan, setelah 2,5 tahun bekerja di situ, kini ia berperan untuk mengatur pegawai-pegawai lainnya di restoran itu.
"Dari hasil part time job ini saya bisa membiayai uang transportasi bus per tahun seharga kurang lebih Rp 9,5 juta, Saya bisa memenuhi biaya hidup saya di Jepang tanpa meminta uang dari orangtua. Ini memang impian saya ketika masih duduk di bangku SMA," ucap Erica.
Sebagai hasil jerih payah dan semangatnya hidup mandiri di Beppu, pada November nanti, Erica mulai bekerja di Mitsubishi di Surabaya, Jawa Timur. Erica menuturkan, dua bulan lalu ia pulang ke Surabaya untuk mengikuti wawancara kerja dengan perusahaan asal Jepang tersebut. Ia adalah satu dari sekian banyak mahasiswa yang diterima langsung bekerja setelah lulus nanti.
Terkait hal itu, berdasarkan data terakhir Oktober 2012, jumlah pelajar Indonesia yang menuntut ilmu di Ritsumeikan APU sebanyak 184 mahasiswa, terdiri dari 156 tingkat sarjana (S-1) dan 28 mahasiswa di jenjang S-2. Menurut Dahlan Nariman, dengan angka sebanyak itu dari Indonesia, tawaran kerja dari bermacam perusahaan internasional Jepang selalu membanjir.
"Lebih dari 95 persen mahasiswa internasional sukses di dunia kerja. Tahun lalu, 400 perusahaan internasional melakukan rekrutmen langsung di kampus," ujarnya.
Baca juga:
Beasiswa full ke Jepang - MONBUGAKUSHO
Sumber:
http://edukasi.kompas.com/read/2013/06/27/1351208/Enggak.Seru.Tanpa.Kerja.Paruh.Waktu.Arubaito.
Foto sampul: akatsukiotoko.blogspot.com