
Di dua universitas Korea Selatan: Dongguk University dan Kyung Hee University, mahasiswa perlu mengambil mata kuliah yang mengajarkan tentang seks, hubungan dan pernikahan.
Di mata kuliah “Marriage and Family” Dongguk University, mahasiswa diberi tugas untuk berkencan dengan tiga teman sekelas, masing-masing selama satu bulan sebelum semester berakhir. Pertama-tama, mereka perlu mengajukan data pasangan yang ingin mereka ajak untuk kencan ke dosen, kemudian dosen akan menyetujui pengajuan tersebut, baru mereka memulai tugas kencan.
“Beberapa pasangan kencan kemudian menjadi kekasih benaran, tetapi setelah satu tahun biasanya mereka berpisah,” kata dosen mata kuliah tersebut.
“Hal ini sangat biasa, karena banyak hubungan semasa kuliah berakhir dengan perpisahan daripada yang melanjutkan ke jenjang pernikahan. Membuat mahasiswa dewasa melalui tugas kencan ini adalah salah satu tujuan utama mata kuliah ini.” jelas dosen.
Selain itu, Kyung Hee University juga menawarkan mata kuliah yang serupa, yaitu “Love and Marriage” yang disampaikan oleh Professor Jang Jae-sook, yang juga merupakan pelopor mata kuliah “Marriage and Family” di Dongguk University.
“Berkencan di kehidupan nyata sama pentingnya dengan mempelajari teori” kata Professor Jang. “Kami mengijinkan mahasiswa untuk memilih sendiri teman kencan mereka. Tujuan dari mata kuliah ini adalah memberikan gambaran kepada mahasiswa bahwa tidak semua hubungan yang menyenangkan berakhir di pelaminan. Kami berharap melalui tugas kencan ini, mahasiswa bisa belajar memilih pasangan yang tepat untuk mereka, sehingga mereka bisa membina sebuah hubungan yang sehat. Kedepannya kami berharap melalui edukasi ini tingkat penganiayaan anak dan kekerasan dalam berhubungan bisa diminimalkan.”, jelas Professor Jang.
Ide di balik munculnya mata kuliah ini adalah karena saat ini semakin banyaknya generasi ‘sampo’ yang bermunculan. Mereka adalah para anak muda yang anti pacaran, berkeluarga dan memiliki anak.
Dan bahkan untuk anak muda yang tidak termasuk dalam generasi ‘sampo’ mereka kurang pengetahuan akan kehidupan asmara dan berkeluarga. “Ini karena mahasiswa tidak berkesempatan untuk mengenal diri sendiri dan pasangan. Maka kami juga memberikan tugas seperti ini:
“Apa yang akan kamu lakukan jika merasa cemburu? Apakah kamu akan menyampaikan perasaanmu, pura-pura terlihat tidak cemburu, atau menahan perasaan? Kami mendiskusikan semua ini bersama di kelas, dan menemukan solusi untuk mengatasi konflik-konflik seperti ini..”, tutur Professor Jang.
Mata kuliah tersebut memang sangat unik dan patut dijadikan inspirasi. Karena bagaimanapun juga sebuah keluarga yang bahagia akan mempengaruhi mutu dan suasana hidup suatu negara. Setuju?