Informasi penting
Jepang: Kehidupan Pelajar

KIPRAH STUDI DAN KARIR MUSLIMAH INDONESIA DI JEPANG

share image

Berkat kemajuan teknologi dan keunikan budayanya, Jepang telah berhasil menjadi salah satu negara tujuan populer untuk kuliah dan bekerja bagi para pelajar Indonesia. Tetapi apakah kalian sudah ada bayangan bagaimana kaum muslim di negeri sakura ini menjalani kehidupan sehari-hari - terutama muslimah yang berhijab? Untuk menjawab pertanyaan ini, kontributor Indonesia Mengglobal, Rahmawati Hidayah (Yaya), akan membagikan pengalamannya kuliah dan bekerja di Jepang.


Saya sebenarnya sudah pernah tinggal di Jepang sewaktu kecil. Pada saat saya berumur 8 tahun, keluarga saya pindah ke Jepang karena ayah saya melanjutkan studi di Kyushu University yang berlokasi di kota Fukuoka. Kami tinggal di sana sekitar 6 tahun sampai ayah saya menyelesaikan program master dan doktoralnya.

 

Saat keluarga saya akan kembali ke Indonesia, saya sudah berumur 13 tahun dan duduk di bangku SMP. Saya telah memiliki banyak sekali teman, pengalaman dan cerita. Jadi sangat berat rasanya untuk kembali ke tanah air, karena saya telah jatuh cinta dengan Jepang. Tetapi saya kemudian menerima nasihat dari orang tua saya: “Kalau kamu ingin kembali ke Jepang, berusahalah dengan upayamu sendiri!”. Nasihat inilah yang memotivasi saya untuk tetap mengasah kemampuan bahasa Jepang saya dan mencari segala macam informasi mengenai studi di Jepang.

 

Saat saya berkuliah di Universitas Hasanuddin, saya sering mengikuti berbagai macam lomba menulis dalam bahasa Jepang. Salah satu lomba yang saya ikuti bertema “Dari Mana Lahirnya Daya Tarik Jepang” dan pemenangnya bisa ke Jepang selama 3 bulan dengan dukungan dari JAL Scholarship. Saya merasa sangat bahagia ketika saya memenangkan lomba ini dan menjadi salah satu dari tiga mahasiswa yang berangkat mewakili Indonesia. Begitu tiba di Tokyo, kami berkumpul dengan wakil 11 negara lainnya yang turut mengikuti lomba ini. Kami mengikuti berbagai macam kegiatan, seperti pelatihan di Tokyo, pertukaran budaya di Ritsumei University dan homestay di Kanazawa. Pada saat itu, saya senang bisa menjalin pertemanan dengan wakil-wakil lain yang juga berkeinginan melanjutkan studi di Jepang seperti saya.

 

 

 

Setelah lulus S1, saya bekerja di perusahaan Jepang di Makassar sambil tetap berupaya untuk melanjutkan studi di Jepang. Alhamdulillah, keinginan ini terkabul dan saya bisa berangkat ke Jepang dengan bantuan beasiswa dari Monbukagakusho (MEXT). Saya akhirnya kembali ke Fukuoka setelah sekian tahun lamanya dan melanjutkan studi di Faculty of Design Engineering, Kyushu University. Di sana, saya mendalami ilmu desain interior dan psikologi ruang.


Aktivitas saya di Jepang pada waktu itu tidak sekedar belajar saja, tetapi juga memperluas pergaulan dengan menjadi anggota Asosiasi Mahasiswa Asing di Fukuoka (Fukuoka Overseas Student Assosiation/FOSA). Saya pernah berkesempatan menjadi ketua organisasi tersebut dan masuk dalam struktur organisasi Perfektur Fukuoka yang berada di bawah pengawasan Gubernur Fukuoka. Pada momen tersebut, saya mendapatkan banyak relasi yang sangat baik yang kemudian membantu saya mengambil keputusan untuk bekerja di Jepang.

 

Enam bulan sebelum menyesaikan studi, saya melakukan shuushoku katsudou (proses job-hunting/pencarian kerja di Jepang untuk lulusan universitas) yang kemudian diikuti proses wawancara dan sebagainya. Saat itu, saya dianggap terlambat karena baru memulai kegiatan ini pada bulan Juni. Padahal umumnya para pencari kerja setempat sudah mulai bergerak pada bulan Maret. Berkat relasi yang saya miliki, saya berhasil diterima di 2 instansi: TOTO Co., Ltd dan Kedutaan di Tokyo. Setelah melalui berbagai pertimbangan, akhirnya saya memutuskan masuk di perusahaan TOTO Co., Ltd. Saya ditempatkan di Planning Department pada tahun pertama dan pada tahun kedua dipindahkan ke Human Resources Department (HRD).


Setelah beberapa lama bekerja di perusahaan tersebut, saya menerima kabar kalau adik saya diterima di program magister Kyushu University. Saya lalu memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan saya dan pindah ke Fukuoka. Selain karena adik saya ada di sana, alasan kedua saya untuk pindah ke Fukuoka adalah karena saya ingin bekerja di bidang yang dapat menjembatani Indonesia dan Jepang. Akhirnya saya masuk di perusahaan Kyushu Medical Co., Ltd. di New Business Development Department dan berkantor di pusat kota Tenjin/Hakata. Alhamdulillah, pekerjaan ini sangat menarik karena saya bisa melakukan perjalanan dinas ke Indonesia tiap bulan dan mengunjungi kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Saya juga membantu perusahaan tersebut untuk mendirikan pabrik di Bekasi, Jawa Barat.


Setelah 3 tahun bekerja di Kyushu Medical Co., Ltd, saya memutuskan pindah ke Gakken Educational Co., Ltd. di Tokyo yang menempatkan saya di Global Business Department. Pada waktu itu, perusahaan menawarkan saya untuk terlibat dalam pengembangan proyek di Sulawesi Selatan. Alasan saya pindah dan menerima tawaran ini berdasarkan 2 pertimbangan. Pertama, Gakken adalah perusahaan terbesar di Jepang dalam pengembangan pendidikan anak usia dini dan saya berharap hal ini bisa diterapkan dan diperluas di Indonesia melalui program pemerintah. Alasan kedua, saya dapat bertemu keluarga saya di Makassar dengan mengikuti proyek ini.

 

 

Yaya dan rekan-rekannya di salah satu sekolah yang terlibat dalam proyek Gakken Educational Co., Ltd

(Foto: Dok. pribadi Yaya)

 

 

Sebagai seorang muslimah yang tinggal cukup lama di Jepang, saya bersyukur bahwa saya tidak pernah menemui kendala - baik ketika kuliah maupun selama bekerja di beberapa perusahaan di Jepang. Orang Jepang pada umumnya sudah cukup paham tentang Islam beserta aturan dan kewajibannya. Kalaupun ada yang belum tahu atau belum paham, mereka terkadang akan melontarkan pertanyaan seperti:

  • “Apa kamu tidak merasa panas menggunakan hijab di musim panas?”

  • “Apa kamu akan baik-baik saja kalau tidak makan setengah hari (puasa)?”

  • “Kenapa kamu tidak bisa makan babi?”  


Yang menurut saya patut dikagumi dari orang-orang Jepang adalah mereka benar-benar bisa menerima penjelasan dari saya dengan baik tanpa mempertentangkannya atau bertanya terlalu jauh. Mereka sangat menghargai masalah kepercayaan saya. Contohnya, urusan salat bisa saya jalankan dengan mudah karena mereka tahu salat 5 waktu adalah ibadah wajib bagi orang Muslim. Bahkan kolega-kolega saya di kantor selalu mengingatkan saya untuk menjaga ketepatan waktu ibadah dan mengusahakan tersedianya ruang yang layak untuk salat.

 

Saat saya di TOTO Co., Ltd, tempat salat disediakan di ruang ganti baju atau ruang loker. Sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang pengembangan produk, perusahaan tersebut juga menerima masukan dari pegawai muslim tentang desain instalasi perairan di dalam kamar kecil dan kamar mandi agar sesuai syariah.

 

Menemukan makanan halal di Jepang juga tidak terlalu sulit. Saat saya bekerja di Kyushu Medical Co.,Ltd., saya merasa kebutuhan saya akan makanan halal terakomodasi dengan baik. Perusahaan ini memiliki restoran Cocoful Pharmacy Cafe yang menawarkan banyak menu vegetarian yang bisa saya pilih. Saya juga berkesempatan menyampaikan konsep menu halal serta menyelenggarakan seminar mengenai kesehatan dan makanan halal dari sudut padang Islam. Bila ada acara makan-makan kantor, mereka akan memilih restoran halal atau restoran vegetarian agar saya bisa berpartisipasi.

 

 

Yaya dan para pekerja restoran Cocoful Pharmacy Cafe

(Foto: Dok. pribadi Yaya)

 

 

Di tempat kerja saya sekarang - Gakken Educational Co., Ltd -  fasilitas penunjang ibadah bagi pegawai muslim juga tak kalah bagusnya. Sebuah tempat salat khusus telah disediakan untuk saya dan tamu-tamu muslim yang berkunjung ke kantor. Kantin kantor kami juga menyediakan menu halal atau vegetarian yang bisa dinikmati oleh para pegawai muslim. Makanan halal tertentu bisa dipesan jauh-jauh hari di kantin bila akan ada tamu muslim datang ke kantor.

 

Ada satu hal lagi yang ingin saya sampaikan, yaitu walaupun pakaian kantor diatur dengan ketat di Jepang, ternyata memakai hijab tak jadi soal di perusahaan saya. Biasanya pegawai pria diwajibkan mengenakan setelan jas, sedangkan pegawai perempuan harus mengenakan blazer. Jika telah memenuhi standar itu, gaya berpakaian kita sudah aman. Hijab boleh ditambahkan sebagai bagian busana kita asalkan coraknya senada. Yang perlu diingat adalah kita harus bisa menyesuaikan pakaian dengan acara atau kegiatan. Tujuannya agar kita dan orang-orang yang berada di sekitar kita nyaman dengan apa yang kita kenakan.


Akhir kata, alasan saya bisa kuliah, bekerja dan tinggal di Jepang dengan sangat bahagia adalah berkat Allah SWT. Selain itu, dukungan dari orangtua saya juga tak kalah penting. Karenanya, saya mendoakan mereka agar selalu bahagia lahir bathin. Saya juga ingin memanjatkan doa khusus agar lebih banyak lagi generasi muda Indonesia dapat melanjutkan karir serta merasakan pengalaman hidup di Jepang seperti saya. Amin.

 

Ingin kuliah di luar negeri seperti Yaya? Langsung saja daftar untuk konsultasi GRATIS dengan konselor IDP Education yang siap membantumu untuk mendaftar dan kuliah di universitas-universitas terbaik di mancanegara.

 

 

Sumber:

Artikel asli dipublikasikan oleh IndonesiaMengglobal.com

'A non-profit website for Indonesians aspiring to study and or pursue professional opportunities abroad'.