
Penulisan yang bagus seringkali dilihat sebagai sebuah seni, dan memang ini bisa menjadi sesuatu yang cukup mengintimidasi. Ada beberapa peraturan—dan bahkan ilmu—di balik penulisan yang baik dan benar.
Otak kita bekerja dengan cara tertentu; jadi peraturan apa yang perlu kita ketahui untuk menulis dengan cara yang paling dimengerti oleh otak kita?
Untuk mencari jawabannya kita perlu bertanya kepada Steven Pinker. Beliau merupakan ilmuwan otak dan seorang ahli Bahasa di Harvard. Beliau juga merupakan salah satu orang yang merancang American Heritage Dictionary. Baru-baru ini Steven dimasukkan ke dalam daftar 100 psikologis paling berpengaruh di era modern.
Di artikel ini kamu akan mempelajari tentang:
- Dua elemen penting yang akan meningkatkan kualitas penulisanmu.
- Kesalahan terbesar yang sering terjadi—dan cara untuk mengatasinya.
- Ilmu di balik penulisan yang baik.
- Cara yang paling mudah untuk meningkatkan pengetahuan struktur bahasamu.
- Dan masih banyak lagi. Mari kita mulai.
1) Imajinasikan kata-katamu dan anggaplah menulis sama dengan bercakap-cakap
Sepertiga otak manusia didedikasikan untuk penglihatan. Jadi dengan berusaha untuk membuat pembaca kita “melihat” merupakan tujuan yang bagus dan memvisualisasikan kata-kata kita dapat memberi efek yang signifikan.
Dan ada baiknya juga menggunakan Bahasa percakapan sehari-hari. Terlalu banyak orang yang berusaha untuk membuat orang lain terkesan dengan berusaha terdengar pintar.
Namun hasil penelitian justru menunjukkan bahwa usaha ini terkadang justru membuatmu terlihat bodoh:
…mayoritas lulusan S1 mengakui bahwa mereka sering berusaha menggunakan kata-kata yang kompleks untuk membuat tulisan mereka terkesan lebih pintar. […]Hasil eksperimen 1-3 memanipulasi kerumitan dari teks yang dihasilkan dan menemukan adanya hubungan yang negatif antara kerumitan dan kepintaran yang tampak.
Penelitian menunjukkan bahwa hal-hal yang mudah untuk diproses oleh otak kita akan terasa lebih nyata dibandingkan dengan konsep yang masih perlu diretas.
Cobalah menyamakan dirimu dengan pembacamu. Kalau kamu berusaha untuk membuat mereka terkesan dengan kata-kata kosong, kamu justru akan membuat mereka merasa bodoh, dan tidak ada yang suka merasa bodoh.
Bayangkan kamu memberitahu teman yang sama pintarnya denganmu sesuatu yang tidak mereka mengerti.
Dua hal sederhana berikut—memvisualisasikan kata-katamu dan menggunakan kata-kata sehari-hari—dapat meningkatkan kualitas tulisanmu. Namun ini bukanlah penghambat no. 1.
2) Berhati-hatilah akan “Kutukan Pengetahuan”
Alasan utama mengapa tulisanmu kurang jelas bukanlah salahmu. Otakmu sebenarnya tidaklah diprogram untuk menulis dengan baik, dan justru sebaliknya.
Begitu kamu memahami sesuatu, kamu akan berasumsi bahwa orang lain pun paham akan hal ini. Ini merupakan sesuatu yang alamiah bagi semua orang. Dan ini justru menciptakan penulisan yang buruk.
Pernahkah kamu mendengar orang berkata, “Coba jelaskan padaku seakan aku ini anak berumur 5 tahun”? Ini merupakan trik untuk mengatasi kutukan pengetahuan tersebut.
Jadi apa cara terbaik untuk menghindari hambatan no. 1 dalam menulis? Lakukanlah apa yang telah sering dilakukan oleh banyak penulis:
Mintalah orang lain untuk membaca karyamu dan memberikan masukan dan memberitahumu apakah kata-katamu masuk akal bagi mereka.
Dengan kata lain, carilah seseorang untuk menjadi editormu (meskipun seseorang ini adalah temanmu Larry).
Apa yang perlu kamu lakukan untuk memastikan pembacamu terus membaca karyamu dari awal sampai akhir?
3) Jangan Bertele-tele
Yes, ini adalah pepatah lama dari dunia jurnalisme. Apa maksudnya? Sebutkanlah inti dari pesanmu dari awal, dan jangan berpanjang-lebar terlebih dahulu.
Yang sebelumnya tidak kuketahui adalah bahwa ini bukanlah sekadar pepatah lama di dunia jurnalisme—namun ini juga didukung oleh hasil riset.
Orang-orang perlu poin-poin referensi agar mereka dapat mengikuti dan memahami argumenmu—tanpanya, pembacamu akan kebingungan dan kehilangan jejak.
Atau mungkin kamu merasa ini akan membuat tulisanmu terasa kurang misterius? Sekali lagi ya: Berhentilah berlagak pintar dan berhenti bertele-tele. Misteri tidaklah berguna kalau pembacamu sama sekali tidak memahami pesan yang kamu sampaikan dan justru berhenti membaca setelah membaca paragraf pertama.
Kapan kamu perlu menyampaikan topikmu kepada pembacamu? Sesegera mungkin. Tidak terlalu lama setelah kamu memulai kalimat pertamamu.
Penempatan inti dari penulisanmu tidaklah lebih penting dari pada keharusan untuk menyampaikannya dari awal penulisanmu. Tentu saja ada para pelawak, pendongeng, penulis esay, dan penulis novel misteri yang dapat membangun sebuah suasana misterius kemudian menutupnya dengan penyelesaian kasus secara tiba-tiba. Namun para penulis lainnya perlu memiliki tujuan utama untuk menyampaikan informasi, dan bukan justru untuk membodohi, dan ini berarti mereka perlu memperjelas maksud ini kepada para pembacanya.
Jadi kamu telah berusaha untuk menulis dengan gaya Bahasa yang alami dan memberitahu pembacamu mengenai inti dari pesanmu. Bagus! Apakah kamu terkesan pintar sekarang? Bisa saja, sesekali.
4) Kamu tidak Perlu Mengikuti Semua Peraturan yang Ada (Namun Cobalah)
Kita semua tahu orang-orang yang sangat menaati peraturan struktur Bahasa, seperti misalnya mengikuti penggunaan “di mana” dan bukannya “dimana,” dan tidaklah terlalu senang saat penggunaan kata ini disalahgunakan.
Namun orang-orang ini seringkali lupa bahwa saat kita berbicara mengenai gaya Bahasa, orang-orang gila lah yang menjalankan rumah sakit jiwa ini.
Kamus bukanlah suatu set peraturan. Kamus selalu mengikuti perkembangan Bahasa yang ada, dan bukanlah suatu peraturan yang justru harus ditaati.
Karenanya, saat kita membicarakan Bahasa yang baik dan benar, tidak ada seorang pun yang harus ditaati—rumah sakit jiwa saja dipenuhi oleh orang-orang gila.
Para editor kamus selalu banyak-banyak membaca, dan selalu terbuka dalam menerima sebuah kata baru dan penggunaan yang digunakan oleh banyak penulis dalam banyak konteks yang berbeda-beda, dan para editor ini menambah dan mengubah definisi yang ada sesuai dengan perkembangan Bahasa.
Haruskah kita mentaati peraturan sebisa mungkin? Apakah ini akan membuat kualitas penulisan kita di atas rata-rata? Tentu saja.
Namun adanya kreativitas tidak pernah dilarang. Bahasa akan selalu, harus selalu, dan dapat berubah dan ini merupakan sesuatu yang sama sekali tidak buruk. Untuk menjadi penulis yang baik, kamu perlu memahami dengan baik peraturan yang ada sebelum kamu dapat melanggarnya.
Karenanya kamu perlu mempelajari peraturan agar kamu bisa melanggarnya apabila perlu. Apa cara terbaik untuk mempelajari peraturan tersebut tanpa membuatnya menjadi sebuah beban seakan kita sedang mengulang kelas Bahasa lagi?
5) MEMBACA
Banyak penulis-penulis ternama justru tidak pernah membaca buku yang mengajari mereka bagaimana cara menulis. Sama sekali. Lalu bagaimana cara mereka belajar menulis?
Dengan membaca, membaca, dan membaca. Panduan menulis tentu saja merupakan sarana yang perlu dimanfaatkan, namun siapapun yang ingin meningkatkan kualitas membaca mereka perlu banyak banyak membaca.
Bahkan hasil penelitian menunjukkan betapa kamu dapat mengenal seorang penulis dari sekadar membaca karya-karya mereka.
Jadi kamu akhirnya membaca. Namun ada satu hal terakhir yang perlu kamu lakukan dengan apa yang telah kamu tulis, dan memang, hal ini merupakan suatu faktor penentu yang penting.
6) Untuk menulis dengan baik, kamu perlu merevisinya
Menjadi penulis yang baik tidak berarti semua kata-kata yang indah akan langsung terbentuk. Ini justru berarti kamu menghabiskan waktu untuk mengasah kemampuanmu.
Ide-ide dapat membanjiri kepalamu, namun melakukan hal yang sama kepada orang lain tidaklah sama caranya. Ini merupakan sesuatu yang perlu dilatih. Kamu perlu meluangkan waktu untuk merevisi tulisanmu sendiri.
Faktor penentumu ada di editanmu. Apa kamu pikir yang telah menghancurkan semua Bahasa tulisan adalah SMS, email, dan media sosial? Salah.
Christian Rudder menunjukkan sebuah penelitian yang menunjukkan bagaimana Twitter justru dapat meningkatkan kemampuan menulis orang-orang dengan membuat mereka terus merevisi kata-kata mereka untuk menjadi lebih ringkas dan padat.
Twitter mungkin justru telah mengasah kemampuan menulis para penggunanya karena media sosial ini memaksa mereka untuk menyampaikan pesan dalam batasan kata yang ada—seperti yang dikatakan oleh William Strunks: “Hilangkan kata-kata yang tidak diperlukan,” dengan tiap ketikan yang dilakukan…
Namun jangan lupa untuk menikmati proses menulis yang ada ya. Oscar Wilde pernah berkata, “Seorang penulis adalah seseorang yang mengajari pemikirannya sendiri untuk melanggar peraturan.”
(Sumber: Time)