
Para Diaspora mampu membuat bendera merah putih berkibar tinggi di negeri orang. Kesuksesan mereka meraih prestasi dan membangun karier di luar negeri dapat menjadi panutan bagi kita semua. Pada artikel ini kita akan membahas 4 diaspora Indonesia yang sukses membanggakan Indonesia di luar negeri.
Apa sih Diaspora?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diaspora diartikan sebagai “masa tercerai-berainya suatu bangsa yang tersebar di berbagai penjuru dunia dan bangsa tersebut tidak memiliki negara, misalnya bangsa Yahudi sebelum negara Israel berdiri pada tahun 1948.”
Namun dalam kajian ilmu sosial, diaspora merupakan istilah yang merujuk pada kelompok etnis atau bangsa yang tinggal jauh dari kampung halaman, umumnya dengan sebab-sebab persebaran yang bersifat negatif seperti penindasan politik, persekusi, wabah, dan lain-lain.
Dikutip dari situs Indonesian Diaspora Network, bagi Dino Patti Djalal, istilah Diaspora Indonesia memiliki arti warga negara Indonesia yang tinggal di luar negeri dan terbagi dalam empat kelompok.
Kelompok pertama
WNI yang tinggal di luar negeri atau masih memegang paspor Indonesia secara sah. Kelompok kedua, warga Indonesia yang telah menjadi warga negara asing karena proses naturalisasi dan tidak lagi memiliki paspor Indonesia.
Kelompok kedua
Warga Indonesia yang telah menjadi warga negara asing karena proses naturalisasi dan tidak lagi memiliki paspor Indonesia.
Kelompok ketiga
Warga negara asing yang memiliki orang tua atau leluhur berasal dari Indonesia.
Kelompok keempat
Warga negara asing yang sama sekali tak memiliki pertalian leluhur dengan Indonesia, namun memiliki kecintaan luar biasa terhadap Indonesia.
Sekarang kamu sudah tahu apa arti lengkap diaspora. Dari kelompok-kelompok diatas, ada beberapa yang sudah mengharumkan nama Indonesia dengan sederet prestasi mereka. Berikut adalah 4 tokoh diaspora Indonesia yang sukses di luar negeri.
Khoirul Anwar
Lulusan sarjana Teknik Elektro ITB tahun 2000 ini dikenal sebagai penemu prinsip dasar teknologi 4G. Ia menemukan terobosan konsep teknologi wireless itu saat melakukan penelitian di Nara Institute of Science and Technology (NAIST) Jepang pada 2005.
Lelaki asal Kediri itu juga sempat mendapat tawaran Permanent Residence dari pemerintah Jepang karena kontribusinya yang luar biasa di bidang telekomunikasi. Namun karena kecintaan kepada Indonesia, Khoirul menolak tawaran tersebut.
Mulyoto Pangestu
Ilmuwan Indonesia yang lahir di Pekalongan, 11 November 1963, ini dikenal dunia karena berhasil menemukan evaporative drying, yaitu suatu kemasan penyimpanan sperma kering dan beku yang tidak membutuhkan penanganan khusus dan hasilnya dapat tetap dipakai walau telah disimpan bertahun-tahun.
Inovasi Mulyoto dianggap sebagai terobosan spektakuler karena ia menemukan cara efisien untuk menyimpan sperma dengan menggunakan bahan sedotan plastik khusus dan kantong aluminium foil khusus yang hanya ber biaya sekitar 50 sen AS. Penemuan teknik penyimpanan sperma yang fenomenal itu telah membuat karier Mulyoto menanjak di Australia hingga ia menjadi dosen di sana.
Ardistia Dwiasri
Ardistia mengambil jalur pendidikan Fashion Design di Parsons School of Design. Setelah merasa cukup dengan pendidikan formal di bidang mode, Ardistia magang sebagai asisten desainer untuk Diane Von Furstenberg (2003), freelancer di rumah mode Ann Taylor, Gap, dan menjadi technical designer Tommy Hilfiger.
Ardistia New York didirikan pada tahun 2007, di New York. la mulai menjual produknya di pertokoan kecil dan butik tertentu di Amerika. Karena penjualannya bagus, produk pun berkembang sesuai permintaan pasar. Alhasil, produknya sukses menembus negara-negara maju. Ia kemudian melebarkan sayap ke kawasan Asia Pasifik, seperti Jepang, Hong Kong, Australia, juga Indonesia.
Yow-Pin Lim
Yow-Pin Lim, MD, Ph.D adalah pendiri Chief Scientific Officer Pro Thera Biologics, sebuah perusahaan di Rhode Island, AS. Saat ini ia menjabat assistant professor di Brown Medical School and Research Oncologist pada Department of Medicine / Div. Hematology-Oncology, Rhode Island Hospital.
ProThera dibentuk sebagai keberlanjutan teknologi yang telah dikembangkan di Rhode Island Hospital, dengan misi mengembangkan dan memasarkan produk berbasiskan protein theranostic dan therapeutic. Dengan lembaga risetnya itu, ia menggeluti bidang bioteknologi.
Riset yang dihasilkan pria kelahiran Cirebon 49 tahun yang lalu ini berkontribusi pada pemahaman terhadap molekul-molekul kompleks pada fisiologi manusia dan berbagai macam penyakit, terutama sepsis, anthrax, dan kanker. Yow-Pin Lim kini memiliki beberapa paten, antara lain Preparative Electrophoresis Device and Methode dan Methods for Detecting Cancer of the Central Nervous System.
Baca juga:
POLITISI SUKSES INDONESIA YANG KULIAH DI LUAR NEGERI
INDRA RUDIANSYAH: MAHASISWA INDONESIA YANG MASUK TIM PENELITI VAKSIN COVID-19 DI OXFORD
PENGALAMAN STUDI SURYA & CRISTO DI ROCHESTER SEBAGAI MAHASISWA TULI