
Pernahkah kamu merasa tiba-tiba lapar sewaktu melihat iklan makanan? Padahal sebenarnya bukan lapar, tetapi pengen makan gara-gara melihat gambar atau iklan makanan yang begitu menggoda. Itu adalah hasil sentuhan dari seorang Food Stylist, yang bertugas untuk membuat makanan terlihat sangat lezat, sehingga banyak orang terpikat dan datang mencoba.
Food stylist berbeda dengan chef. Chef membuat makanan terasa enak dimakan, sedangkan Food stylist membuat penampilan makanan terlihat enak dan menggiurkan. Jika dijelaskan secara sederhana, food stylist itu seperti makeup artist. Bedanya, makeup artist menata muka artis, sedangkan food stylist menata makanan.
Indonesia kekurangan Food Stylist
Jika profesi Food Stylist sudah mulai populer di luar negeri sejak beberapa tahun silam, di Indonesia masih sedikit sekali yang menggeluti bidang ini. Berkat pesatnya perkembangan bisnis kuliner di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, jasa food stylist sangat banyak dicari. Sayangnya hanya sedikit sekali yang punya keahlian tersebut. Banyaknya proyek membuat para food stylist di Indonesia kewalahan menerima orderan.
Contohnya, Puji Purnama – seorang food stylist terkenal di Indonesia sebulan bisa menerima hampir 30 proyek. Itu pun juga karena dibatasi. Puji konsisten ingin mengutamakan kualitas dan personal touch, sehingga beliau mendedikasikan 1 hari hanya untuk 1 klien. Akibat waktu yang terbatas, banyak proyek yang harus ditolak.
Pemasukan dan Peluang Kerja seorang Food Stylist Sangatlah Menjanjikan
Puji tidak hanya menangani proyek perusahaan ternama seperti Indofood, Unilever, dan Wings. Beliau juga mengerjakan food stylist untuk brand luar negeri, mulai Thailand, India, hingga Dubai.
Mungkin karena food stylist masih sangat sedikit di Indonesia, sehingga penghasilan mereka bisa dibilang sangat fantastis. Tergantung besarnya proyek, untuk satu video iklan bisa dihargai hingga ratusan juta rupiah.
“Wah enak sekali ya, cuma nata makanan saja dibayar setinggi langit” Ini komentar yang sering dilayangkan banyak orang. Itu karena mereka tidak tahu bahwa di balik foto atau iklan yang dihasilkan tidaklah sesederhana yang dilihat. “Untuk styling nasi goreng, saya sampai harus pilih beras satu per satu, supaya terlihat bagus setelah dimasak. Pekerjaan seorang food stylist melibatkan banyak detail. Jadi tidaklah sesederhana yang kalian bayangkan,” jelas Puji.
Jurusan Kuliah Apa Yang Cocok Untuk Calon Food Stylist
Menurut Puji, seorang Food Stylist tidak wajib harus bisa memasak. Tetapi penting sekali memiliki passion terhadap makanan dan menguasai ilmu tentang makanan. Selain itu tentunya perlu memiliki cita rasa seni yang bagus. Jadi jika kamu bercita-cita untuk menjadi seorang Food Stylist, kamu bisa mempertimbangkan jurusan Seni Kuliner atau jurusan Tata Boga.
Jika ada waktu luang, kamu bisa mengikuti kelas seni, fotografi atau bahkan bisnis. Keahlian tersebut akan sangat membantu. Mengapa bisnis? Food Stylist adalah profesi yang melibatkan banyak orang, mulai dari klien, fotografer, desainer grafis, sutradara, model, hingga artis. Mereka bekerja dalam suatu tim, sehingga sangat dibutuhkan people skills, baik itu komunikasi, negosiasi, persuasi hingga team & time management. Kelas bisnis biasanya mengajarkan hal-hal tersebut.
Setelah mendapatkan gelar, tidak berarti kamu bisa langsung menjadi seorang Food Stylist, kecuali sewaktu kuliah kamu telah punya pengalaman kerja dan portofolio yang meyakinkan.
Biasanya banyak Food Stylist yang memulai dari pekerjaan magang dan freelance. Selain bisa belajar di lapangan langsung dari ahlinya, di dalam kesempatan itu mereka juga dapat membangun koneksi dan mendapatkan jalan untuk mendapatkan klien sendiri.
Atau, bisa juga memulai bekerja sebagai in house Food Stylist, penerbit dan periklanan. Biasanya mereka membutuhkan Food Stylist untuk menyusun menu makan, dan foto atau video iklan makanan.
Apakah Kamu Cocok Menjadi Seorang Food Stylist
“Secara umum, Food Stylist tugasnya mengakali makanan agar terlihat segar dan menggiurkan, dan juga membuat makanan tetap stabil dan awet selama sesi photo-shoot atau video-shoot,” kata Puji. Bagi Puji, kesuksesan seorang food stylist bisa dilihat saat hasil kreasinya bisa membangkitkan selera makan seseorang. Contohnya, food stylist bisa mempengaruhi seseorang yang tadinya mau beli sepatu menjadi makan bakpau.
Pekerjaan seorang Food Stylist bukan sekedar membuat makanan terlihat cantik di depan kamera atau video. Banyak tantangan yang dihadapi di luar itu, sehingga dibutuhkan mental yang kuat pula. “Belajar food styling berbeda dari belajar memasak, di mana kita bisa datang rame-rame dengan teman-teman sambil ngerumpi. Belajar food styling memerlukan passion, fokus, kesabaran, keahlian dan kepekaan artistik yang tinggi soal makanan,” tegas Puji. Selain itu juga butuh kesabaran dan sikap profesional dalam bekerja sama dalam tim dan menghadapi klien. Karena semua berasal dari latar belakang yang berbeda, sehingga perbedaan sudut pandang dan pendapat bisa saja terjadi. “Nah, di saat itu, kita harus tahu kapan harus nurut, kapan harus memperjuangkan ide kita sendiri.” Jelas Constance Highley, seorang Food Stylist sekaligus Fotografer yang bekerja di Phoenix & Chicago di Amerika.
Food Stylist juga perlu menguasai people skill. “Jangan pikir klien akan langsung mengenal Anda dan meminta layanan Anda. Food Stylist Harus mampu menarik perhatian calon klien, jadi sangat penting untuk membangun jaringan luas dengan pengusaha kuliner. Manfaatkan media sosial untuk mempromosikan skill dan portofolio Anda. Seringlah datang di pameran kuliner untuk memperbanyak kenalan”, kata Puji memberi masukan.
Merasa Food Stylist adalah karir yang selama ini kamu cari? Mulai cari info program kuliah yang bisa membantumu meraih cita-cita sekarang juga!
Info program kuliah Seni Kuliner di luar negeri
Info program kuliah Tata Boga di luar negeri