
Saat merencanakan studi S2 di luar negeri, masih banyak orang ragu mengambil jurusan berbeda dari jurusan S1 yang mereka jalani. Alasannya bisa karena merasa telanjur mendalami bidang tertentu atau takut kesulitan mempelajari bidang studi baru di mancanegara. Namun perpindahan jurusan ini bisa banget kamu lakukan dengan perencanaan yang matang, lho!
Kali ini kontributor Indonesia Mengglobal, Ayu Ariyanti, akan berbagi cerita di balik keputusannya mengambil S2 Administrasi dan Kebijakan Publik di New York setelah menyelesaikan kuliah hukum di Indonesia. Mau tahu alasan Ayu mengambil langkah ini dan persiapan yang ia lakukan sebelum memutuskan pindah jurusan? Langsung saja simak kisahnya di bawah ini.
"Kok sudah jadi konsultan hukum malah kuliah administrasi publik?" dan "Kenapa S2 gak ambil hukum lagi?" adalah 2 pertanyaan yang harus saya jawab berkali-kali ketika saya diterima di program Master of Public Administration in Public and Nonprofit Management and Policy (MPA-PNP) di New York University (NYU Wagner). Memang di antara kalangan teman dan keluarga saya, langkah ini agak berbeda. Setelah lulus S1, kebanyakan orang akan mengambil S2 dengan jurusan yang sama. Mungkin gaya pemikiran saya yang “rebel” dan keinginan saya untuk mengambil arah hidup lain memberanikan saya untuk akhirnya pindah jurusan.
Kenapa Pindah Jurusan?
Keputusan saya untuk pindah jurusan tidak terjadi begitu saja. Saat kuliah S1 Hukum di Unpad, saya sangat ingin bekerja di bidang hukum. Namun begitu bekerja sebagai konsultan hukum, saya merasa kurang sreg dan ingin mengambil arah yang lain. Walaupun begitu, saya tidak pernah menyesali 4 tahun kuliah hukum dan 2 tahun berkarir sebagai konsultan hukum. Saya justru mensyukuri pengalaman itu, karena hal inilah yang menginspirasi saya mengambil jurusan MPA-PNP. Pengetahuan saya di bidang hukum memberikan saya sudut pandang praktisi privat dan saya memilih MPA-PNP sebagai pelengkap untuk belajar dari sisi publik.
Ayu di 30 Rockefeller Plaza, New York
(Foto: Dok. pribadi Ayu Arianti)
Kecocokan Yang Terbaik
Saya rasa mencari jurusan dan universitas itu seperti mencari jodoh - harus menemukan kecocokan yang terbaik! Selain melihat peringkat universitas dan program yang ditawarkan, kita juga harus mempertimbangkan segala syarat pendaftarannya. Punya aspirasi tinggi boleh saja, asalkan kita bisa tetap realistis. Harus saya akui, saya lemah di bidang matematika. Masalahnya, salah satu syarat kuliah S2 yang banyak diminta di Amerika Serikat adalah tes Graduate Record Examinations (GRE) yang menguji aljabar, geometri, aritmatika dan kosa kata bahasa Inggris. Hanya melihat contoh soalnya saja saya sudah lemas duluan.
Saya lalu memutar otak untuk bisa kuliah di Amerika Serikat tanpa nilai GRE. Pertama-tama, saya mencari sekolah yang menawarkan program MPA yang cocok dan tidak mewajibkan GRE. Kebetulan pada waktu itu saya juga mengejar beasiswa LPDP yang memiliki daftar universitas tersendiri. Jadi saya merujuk ke daftar universitas LPDP untuk mencari program dan universitas yang sesuai dengan kriteria saya. Tentunya saya tidak hanya mendaftar ke satu universitas dari daftar tersebut, karena saya harus memiliki pilihan institusi lain sebagai backup. Akhirnya saya melirik program-program MPA di University College London (UCL), London School of Economics and Political Science (LSE) dan NYU Wagner.
Pemilihan Waktu Studi Sangatlah Penting
Ketika ditanya kapan sebaiknya kuliah lagi, saya akan menjawab sebaiknya kalian bekerja dulu selama 1-2 tahun selepas lulus S1. Walau gelar akademis memang penting dalam dunia kerja, tetapi pengalaman kerja lebih penting. Selain itu, kalau kalian langsung kuliah S2 setelah lulus S1, kalian bisa dikategorikan sebagai fresh graduate walaupun telah memiliki gelar S2. Kalian juga perlu mempertimbangkan bahwa ada banyak program-program S2 yang kelas-kelasnya akan lebih mudah diikuti jika kalian telah memiliki pengalaman kerja.
Meskipun melanjutkan studi itu penting, secara tidak sadar kita sering menunda untuk kembali kuliah. Pekerjaan, keluarga dan berbagai hal lain acapkali mengalihkan perhatian kita dari perencanaan kuliah. Jujur saja, saya sebenarnya berencana kembali kuliah setelah 1 tahun bekerja. Tapi mendadak saya ditawari posisi baru di kantor yang kemudian menjadi zona nyaman saya. Padahal 6 bulan sebelumnya saya sudah bersemangat untuk kuliah lagi.
Walaupun nyaman, comfort zone terkadang bisa menjadi batu sandungan terbesar untuk kalian. Ada sebuah petikan lirik lagu 'Go Now' dari film 'Sing Street' yang berbunyi “We’re never gonna go if we don’t go now.”. Kalian harus berani berkata “Ayo kembali kuliah sekarang!” untuk memulai kembali perjalanan studi kalian.
Mendaftar Beasiswa Dan Ke Universitas
Setelah memilih jurusan dan universitas, langkah selanjutnya adalah mempersiapkan syarat pendaftaran. Menurut pengalaman saya, ada baiknya kalian telah diterima di universitas yang diinginkan sebelum mendaftar beasiswa. Ketika kalian sudah memiliki Letter of Acceptance (LOA), kesempatan mendapatkan beasiswa menjadi lebih besar. Jika kalian melihat dari sudut pandang pemberi beasiswa, pasti ada keraguan untuk memberikan beasiswa kepada pendaftar yang belum diterima karena masih ada kemungkinan sang pendaftar ditolak oleh universitas yang diinginkan.
Salah satu persyaratan yang sering diminta adalah nilai tes bahasa. Untuk negara berbahasa Inggris, biasanya yang diminta adalah nilai TOEFL iBT atau IELTS. Tes-tes ini memang tergolong mahal, jadi saya melihat lagi persyaratan universitas dan beasiswa. IELTS merupakan tes yang umum diminta oleh universitas-universitas Inggris, sementara TOEFL populer di Amerika Serikat. Ternyata semua universitas pilihan saya dan LPDP menerima nilai IELTS dan juga TOEFL. Saya lalu memutuskan mengambil IELTS untuk melengkapi syarat pendaftaran universitas dan beasiswa. Saya tidak mengikuti les bahasa sebagai persiapan karena terhalang masalah waktu dan keuangan. Untuk mengatasinya, saya mengumpulkan berbagai contoh soal IELTS gratis di Internet sebagai bahan latihan.
Syarat pendaftaran terpenting yang selalu ada dalam daftar persyaratan universitas maupun beasiswa adalah Motivation Letter. Pada intinya, esai ini berfungsi untuk menunjukkan hasil akhir setelah kalian lulus atau mendapatkan beasiswa. Saya sendiri memberikan penjelasan singkat mengenai kehidupan saya sebagai konsultan hukum, berikut alasan mengapa saya ingin pindah jurusan. Saya juga memaparkan apa yang bisa saya hasilkan dengan latar belakang karir hukum dan gelar MPA-PNP saya. Ingatlah bahwa kamu harus benar-benar bisa memberikan penjelasan yang meyakinkan pihak universitas dan pemberi beasiswa.
Saya juga ingin mengingatkan kalian untuk membuat persiapan yang matang untuk tahap wawancara. Ketika kalian memutuskan pindah jurusan, pasti kalian akan selalu mendapatkan pertanyaan mengenai keputusan tersebut. Kalian harus bisa memberi alasan yang jelas tanpa menunjukkan sikap defensif terhadap kritik dari panel wawancara.
Jangan lupa juga untuk tetap tenang. Saat menghadapi pertanyaan bertubi-tubi di tengah sesi wawancara, ada kemungkinan kalian akan panik dan akhirnya memberikan alasan yang tidak jelas. Usahakan agar hal ini tidak terjadi, karena para panelis wawancara juga menilai ketahanan kalian saat menghadapi tekanan. Tahap wawancara memang sulit, tapi pasti akan bisa dilalui dengan baik selama kalian tetap tenang dan teguh.
Ayu dan para penerima beasiswa LPDP angkatan PK-123
(Foto: Dok. pribadi Ayu Arianti)
Hasil Akhir
Saya sangat bersyukur semua jerih payah saya tak sia-sia karena saya akhirnya mendapatkan beasiswa LPDP. Ketika saya menerima hasil pengumuman pendaftaran universitas dan LPDP, saya sedang di kantor. Sebelum tiba di kantor, saya mendapatkan email dari NYU yang memberitahukan bahwa status pendaftaran saya telah berubah. Berhubung saya sudah ditolak UCL dan LSE, saya agak malas melihat hasil dari NYU. Tetapi akhirnya saya iseng melihatnya dan saya kaget sejadi-jadinya ketika saya diterima. Saking kagetnya, saya hanya bisa mangut-mangut saja saat meeting dengan klien dan Deputy CEO kantor karena otak saya sudah meloncat entah ke mana.
Saya tidak akan menutupi kenyataan bahwa mendaftar ke universitas luar negeri dan mencari beasiswa bukanlah hal yang mudah dan instan. Tapi mencapai hal-hal tersebut sangatlah mungkin dan akan sangat bermanfaat bagi kalian. Tidak ada impian yang terlalu tinggi. Memang perjuangan meraih mimpi sulit, tapi perjuangan itu akan menjadi kenangan yang manis ketika kalian berhasil.
Punya rencana S2 di luar negeri dan mengambil jurusan kuliah yang berbeda dengan jurusanmu sebelumnya? Langsung saja daftar untuk konsultasi GRATIS dengan konselor IDP Education yang selalu siap membantumu meraih impian kuliah di berbagai universitas terbaik di mancanegara.
BACA JUGA:
Sumber:
Artikel asli dipublikasikan oleh IndonesiaMengglobal.com
'A non-profit website for Indonesians aspiring to study and or pursue professional opportunities abroad'.