Informasi penting
Study abroad: Kehidupan Pelajar

Menyelesaikan Program Sarjana dengan Minimum Stress

share image

Adelia Anjani Putri adalah salah satu kontributor Indonesia Mengglobal yang telah menyelesaikan S2 nya di London School Economic London dengan subjek Political Communication. Di artikel ini dia ingin bercerita mengenai pengalamannya mengatasi stress selama kuliah.

 

Kesulitan yang dihadapi untuk mendapatkan nilai yang sempurna dideskripsikan dengan baik oleh lagu Coldplay ‘ The Scientist’: ‘nobody said it was easy; no one ever said it would be so hard’. ‘Tidak ada yang mengatakan ini mudah, namun tidak ada juga yang mengatakan ini sangat sulit.’

 

Ini adalah cerita tentang bagaimana kamu menghilangkan kecemasan ketika kamu sudah melakukan segalanya namun hasil berkata lain.

 

 

Aku selalu menjadi yang terbaik di sekolah, kampus dan di tempat kerja sampai ketika aku memulai S2 di London School of Economics (LSE). Kualitas kampus ini jauh dari semua liga yang pernah aku hadapi. Departemen S2 ku no.1 di seluruh UK dan no.3 di seluruh dunia sehingga guru dan pelajarnya berkualitas tinggi. Materi perkuliahan sangat sulit dan metode pembelajaran di kelas membutuhkan mahasiswanya belajar dengan mandiri.

 

A corner of London School of Economics.

Salah satu sudut dari London School of Economics

 

Dalam hitungan bulan, aku kehilangan kepercayaan diri, bahkan tidak jarang aku menjadi gagap dalam diskusi. Skor ku bisa dibilang cukup baik, namun untuk seseorang sepertiku, ‘cukup baik’ itu tidak cukup. Aku ingin mendapatkan Distinction, namun pada akhirnya aku hanya mendapatkan Merit. Lebih sulitnya lagi, kebanyakan semua mata kuliah di LSE hanya menggunakan hasil dari tes final atau skor dari tugas akhir sebagai nilai finalmu. Mereka pun tidak menerima pengulangan nilai atau naik banding jika kamu merasa nilai yang kamu dapatkan kurang adil.

Semuanya memburuk ketika aku gagal di satu kelas walaupun satu semester terakhir berjalan dengan baik. Aku bertanya pada dosen apa dan di mana bagian yang salah. Namun mungkin seperti halnya ilmu sosial, semua penilaian bersifat subjektif dan terkadang kamu tidak dapat memahami alasan dari orang lain. Dia mengatakan bahwa jika saja aku menggunakan referensi lebih baik, mungkin saja aku dapat skor Pass+. Anehnya aku menerapkan metode yang sama dengan tugas lain termasuk dari kelas yang sama di tugas sebelumnya dan semuanya baik-baik saja. Aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk nilai ini dan harus menerima skor Fail/ gagal di transkrip nilai akhir ku.

Dua tahun setelah kejadian itu aku baik-baik saja. Aku lulus dengan gelar Merit dari LSE, disertasiku dipublikasikan di jurnal akademik dan aku mendapatkan pekerjaan yang oke tidak lama setelah kelulusan.

Coba saja dulu aku tahu bahwa semuanya akan baik-baik saja dan duniaku  tidak akan runtuh ketika mendapatkan skor ‘Fail’. Coba saja dulu aku tahu bahwa kesulitan di sekolah itu wajar dan ada cara-cara yang bisa aku lakukan sehingga tidak merasa sendirian dan tertinggal. Semoga tips yang aku berikan ini bisa membantu perjalanan studi mu terbebas dari stress yang berlebihan.

 

Jujurlah Pada Dirimu Sendiri

 

Mengutip setiap program pemulihan kecanduan: langkah pertama adalah mengakui bahwa kamu punya masalah. Tidak ada yang salah jika kamu mengalami kesulitan dan mengakui bahwa kamu tidak sanggup menghadapinya. Terimalah fakta tersebut dengan terbuka, dan jangan terlalu keras terhadap diri sendiri: mungkin juga sebenarnya kamu menjalani keadaan jauh lebih baik dibanding apa yang kamu bayangkan.

 

Find your support system as soon as possible: friends that who can appreciate your strength and help you with your weaknesses; professors who are willing to explore your ideas and help you with resources, etc. (Photo by Author)

 

Temukan atau bentuk support system mu: teman yang mampu menghargai kekuatan dan membantu menutupi kekuranganmu; profesor yang dapat membantumu untuk eksplor ide dan memberi referensi untuk kebutuhan akademikmu, dll. (Foto dari Penulis)

 

Berkumpulah dengan Orang-Orang yang Positif

 

Bukan berarti motivator atau sejenisnya, namun orang-orang yang bisa membuatmu merasa lebih baik tentang dirimu dan tentang kesulitanmu. Arahkan hubungan pertemananmu ke arah tersebut dan seimbangkan network mu. Temukan orang-orang yang bisa menghargai keahlianmu dan juga tidak merendahkan kekuranganmu.

Aku beruntung bisa menemukan teman-teman yang mampu melengkapi kekuatan dan kekuranganku baik dari sisi akademis maupun personal sehingga kita bisa belajar dari satu sama lain. Aku tidak akan bisa berada di posisi ku sekarang jika bukan karena mereka. Temukan support system segera, mereka lah yang akan memberimu kekuatan dalam perjalanan studimu sampai kamu menyelesaikannya.

 

 

Bersiap untuk Skenario Terburuk

 

Mantra terbaik untuk menghadapi stress adalah ‘Adakah hal lebih buruk yang bisa terjadi?’ - dan ini benar adanya. Cek skenario terburuk yang mungkin bisa terjadi: berapa kali kamu diberi kesempatan untuk gagal untuk tetap bisa lulus, apa yang bisa kamu lakukan untuk mengurangi ‘bencana’ ini, dan sebagainya. Dengan begini, kamu bisa membantu memonitor tingkat kecemasanmu sendiri.

Dari pengalamanku, LSE memberikan kesempatan pelajarnya untuk gagal di 3 nilai (2 mata kuliah). Jadi ketika aku gagal sekali, aku masih bisa bernafas karena aku masih bisa lulus di jurusan ini. Jika aku bisa mendapatkan skor tinggi di beberapa mata kuliah lain, aku bisa menyeimbangkan hasil akhirku dan lulus dengan Merit.

 

 

Peroleh Semua Bantuan yang Bisa Kamu Dapatkan

 

Kamu tidak sendiri dan kamu bukan satu-satunya yang mengalami kesulitan. Contohnya di dalam program beasiswaku, ternyata banyak pelajar yang bermasalah dengan skor mata kuliahnya namun tidak ada yang berani bicara sehingga hanya bisa memendam dan ‘menderita’ sendiri. Hal ini tidak baik dan juga tidak sehat. Temukan teman-teman yang juga memiliki masalah. Kemudian saling membantu walaupun hanya untuk memberi ketenangan.

Kamu juga bisa mencari bantuan dari sekolahmu. LSE menyikapi tantangan kuliah dengan sangat serius karena banyak sekali pelajar yang stress. Bicara ke bagian layanan kesehatan pelajar, cari bantuan baik untuk masalah kesehatan mental atau akademis. Percayalah kamu tidak sendiri dan bantuan akan selalu ada bagi mereka yang bertanya.

 

 

Jangan Terlalu Fokus pada Nilai Akhir

 

Kamu boleh tidak setuju untuk hal ini, namun ini yang aku rasakan setelah menyelesaikan program S2. Nilaimu baik itu mendaptkan Distinction atau Pass tidak akan menjadi hal yang terpenting setelah lulus. Lain halnya ketika kamu di program S1. Program S2 lebih mengutamakan pada pemikiran kritis. Bukan penghafalan teori, namun tentang melakukan hal yang kamu suka sehingga kamu bersedia menghabiskan waktumu di kampus dan juga tentang perjalanan menemukan apa kelebihanmu. Jadi, pahami apa yang kamu kuasai dan tidak kuasai dan pergunakan hal itu sebaik-baiknya.

Contohnya, aku sadar bahwa aku tidak menguasai European Politics dengan baik, namun aku menguasai strategi media. Karena itu aku mengarahkan semua proyek tugas kampusku ke media, kampanye atau opini publik dan menghindari diskusi yang berfokus pada teori. Aku tahu bahwa aku tidak menguasai perhitungan, namun aku menguasai riset lapangan dan metode penelitian kualitatif berkat latar belakang jurnalismeku. Jadi aku memaksimalkan kemampuanku di bidang-bidang tersebut. Menurutku ini adalah keuntungan dari program sarjana : kamu bisa memilih spesialisasi mu sendiri.

Pada akhirnya, stress menjalani program sarjana tidak bisa dihindari. Namun, bukan berarti kamu tidak bisa menikmati proses belajarmu. Ini perjalanan sekolahmu dan kamu yang memilih untuk menjalankannya. Seperti yang pernah disampaikan oleh seorang teman, perjalanan lebih dari sekedar mendapatkan ijazah. Namun, serangkaian pengalaman yang harus kamu nikmati. Nikmati prosesnya, kesulitannya dan juga semua pembelajarannya.

Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri dan cari bantuan yang kamu perlukan. Semua akan baik-baik saja.

 

 

BACA JUGA:

MENGATASI STRESS & DEPRESI SEWAKTU KULIAH DI LUAR NEGERI

10 TEMPAT KULIAH TERBAIK DI EROPA MENURUT MAHASISWA

MBA VS GELAR MASTERS – PILIH YANG MANA?

KULIAH S2 DI USIA 40 - TIDAK KATA TERLAMBAT UNTUK MENUNTUT ILMU

BAGAIMANA KEGIGIHAN DAN KETEKUNAN MEMBERI JALAN ROBINSON SINURAT MENUJU COLUMBIA UNIVERSITY

 

Source:

Artikel asli di publikasikan oleh www.indonesiamengglobal.com,

'a non-profit website for Indonesians aspiring to study and or pursue professional opportunities abroad'.