Informasi penting
Study abroad: Before you leave

9 Tips dan Strategi Mendapatkan Beasiswa PhD (Part 1)

share image

Tidak ada kata terlambat untuk belajar bahkan kembali ke sekolah. Kontributor Indonesia Mengglobal Muhammad Masyhuri membutikan bahwa tidak ada batasan umur untuk mengambil studi lanjutan!

 

“Some says that life begins at 40, but I believe – personally, in my case – life begins at 50….”

 

Adalah kalimat pembuka personal statement/motivation letter saya ke Tempus Public Foundation (TPF) sebagai salah satu syarat mendaftar Stipendium Hungaricum (SH) Scholarships for PhD degree. Setelah mencoba mendaftar selama lima tahun dan melamar ke lebih dari 20 universitas di 3 benua – Australia, Asia and Eropa —, menghabiskan 3x masa IELTS Test Result Form (2013-2015-2018), mengeluarkan banyak biaya untuk mendaftar ke beberapa universitas, biaya publikasi jurnal dan konferensi internasional, biaya tes IELTS, GRE serta biaya-biaya lainnya, akhirnya saya berhasil mendapat beasiswa impian!

Jangankan usia “LoliTa” alias “lolos lima puluh tahun”, bahkan untuk dapat beasiswa ke luar negeri di usia “Diapeta” (Diatas empat puluh tahun) saja sudah sulit sekali karena kebanyakan penyelenggara beasiswa mempersyaratkan usia penerima beasiswa maksimum 40 tahun bahkan ada yang 35 tahun saja. Belum lagi dengan persyaratan lainnya.  But well, tidak ada yang tidak mungkin jika Tuhan menghendaki, but of course we have to and should take extraordinary measures.

Tujuan saya menulis artikel ini adalah untuk membagikan tips, motivasi dan strategi dari pengalaman pribadi saya yang sudah menapaki usia veteran untuk bisa mendapatkan beasiswa program PhD ke luar negeri, tepatnya ke Hungaria. Tulisan ini juga sekaligus sebagai motivasi bagi siapa saja yang ingin mendapatkan beasiswa sekolah ke negara lain, khususnya bagi rekan-rekan dosen di nusantara yang mau dan ingin melanjutkan studi S3 namun terkendala oleh biaya.

Ini dia the 9 Tips, motivations and strategies for you!

 

Stipendium Hungaricum – beasiswa studi di Hungaria. 

 

#1 Temukan Alasan Utamamu

 

“You have to believe that you are special, thus everyone is a special person” – Kung Fu Panda

Tunjukan bahwa kamu tidak hanya mementingkan kepentingan pribadi namun juga mementingkan dan bisa berguna untuk orang lain terutama yang berkaitan dengan bangsa dan negara.

,Saya ingin menjalani aktivitas hidup yang lebih berarti dan ingin berkontribusi positif untuk Indonesia melalui program PhD ini, karena persentase dosen dengan gelar PhD di Indonesia hanya 14% (sumber data forlap ristekdikti terakhir). Melalui pencapaian program PhD ini, saya bisa berkontribusi  meningkatkan tingkat kompetensi institusi pendidikan tinggi Indonesia, and at the end of the day, I can improve our country higher education students’ skills and capacity in the future.’ Itu jawaban saya ke profesor dan examiners saat proses interview aplikasi beasiswa.


 

 

#2 Pertahankan Tekad, Kegigihan dan Motivasi

 

‘Bukan tentang ketika kamu gagal, namun ketika kamu bangkit kembali.’

‘Menyerah bisa menjadi kebiasaan.’

‘Man jadda wa jadda.’

 

Ketiga kalimat diatas yang menjadi penyemangat saya selama berburu beasiswa PhD ke lebih dari 20 universitas dan 5 beasiswa. Dari total lebih dari 20 universitas tersebut, 18 universitas menolak aplikasi saya dengan beragam alasan, mulai dari tidak memenuhi persyaratan akademik, tidak ada professor/supervisor yang memadai, dan juga ada yang tidak memberikan alasan sama sekali.  Dua universitas dari Inggris dan Hungaria memberikan unconditional Letter of Acceptance (LOA). Tapi terpaksa saya harus menolak LoA dari Inggris karena mereka hanya menawarkan partial-scholarship.

Saya telah mengikuti 3x tes IELTS dalam waktu 5 tahun, bukan karena saya tidak mendapatkan skor yang mencukupi, namun karena masa valid nilai IELTS saya sudah melewati batas maksimum dua tahun.

Alhamdulillah usaha yang rumit dan panjang ini akhirnya terbayarkan.

 

#3 Temukan scholarships providers dengan persyaratan masuk yang cukup fleksibel dan tidak memiliki batasan kriteria usia 

 

 

Ada cukup banyak pemberi beasiswa dengan kriteria di atas. Diantaranya Endeavour Award Australia, Fulbright Scholarship USA, Hong Kong Fellowship PhD Program, Netherland Fellowship Program, dan Stipendium Hungaricum (SH).

Berdasarkan pengalaman saya, beasiswa SH relatif lebih mudah kriterianya dan relatif baru (baru 2016 ditawarkan ke Indonesia) sehingga persaingannya masih belum begitu ketat.

 

University of Debrecen, salah satu universitas unggulan di Hungaria. Foto dari Wikipedia.

 

#4 Persiapkan dan tingkatkan kemampuan bahasa Inggris beserta kompetensi penunjang lainnya 

 

Kemampuan Bahasa Inggris adalah syarat utama setiap pelamar beasiswa ke luar negeri, jadi pastikan untuk mendapatkan skor IELTS atau TOEFL maksimal. Skor overall 6,5 merupakan syarat umum pendaftaran semua beasiswa luar negeri.Informasi tentang IELTS ini bisa didapatkan secara gratis di IDP, British Council atau dengan mengikuti pameran pendidikan internasional dari beberapa lembaga yang sering diselenggarakan di Indonesia.

Bagi kandidat PhD, saran saya fokus pada writing dan speaking yang sangat diperlukan dalam menyelesaikan perkuliahan nanti. Jika memang kamu belum terlalu PD dengan kemampuan bahasa Inggrismu, salah satu opsi strateginya adalah dengan melamar universitas di non-english speaking country seperti Belanda, Jerman, Spanyol, Italia, Perancis, dan negara-negara di Eropa tengah.

Jika kamu berencana mendaftar PhD di Amerika Serikat, kamu juga harus mempersiapkan General Record Examination (GRE) dan General Management Aptitude Test (GMAT). Persiapan untuk tes GRE/GMAT juga cukup menyita waktu dan biaya.  Ditambah lagi penyelenggara tes ini pada umumnya tidak tersedia di kota lain selain Jakarta.

 

BACA JUGA 

4 BEASISWA KULIAH DI SWISS UNTUK MAHASISWA INTERNASIONAL

LOLOS SELEKSI BEASISWA SETELAH 10 KALI TES IELTS

TITEL S1, S2, MBA ATAU S3, AKANKAH MEREKA BERPENGARUH SECARA LANGSUNG TERHADAP GAJI?

BEASISWA DI FINLANDIA

 

Source:

Artikel asli di publikasikan oleh www.indonesiamengglobal.com,

'a non-profit website for Indonesians aspiring to study and or pursue professional opportunities abroad'.

 

Wajib dibaca