
Jurusan perhotelan & pariwisata memang masih tergolong baru di Indonesia, jadi tak heran kalau kebanyakan orang masih salah kaprah mengenai program studi yang satu ini. Untuk membantumu lebih mengenal jurusan ini, langsung saja simak info dari Sabda E. Priyanto tentang 12 mitos salah mengenai jurusan perhotelan & pariwisata.
1. Nama Jurusan Kurang Populer
“Kamu kuliah ambil jurusan apa, dek?”
“Pariwisata, pak”
“Wah, ada ya? Kerjaannya jalan-jalan ya?”
Pasti semua anak pariwisata pernah dapat pertanyaan seperti ini deh. Maklum, dunia kepoisme jaman sekarang memang semena-mena.
Memang jurusan pariwisata kurang populer dibanding jurusan lain seperti ekonomi, hukum, ilmu politik, dan psikologi. Ini karena pariwisata di Indonesia baru diakui sebagai ilmu pada tahun 2008, di mana negara lain industri pariwisatanya sudah jauh lebih maju.
Meski baru seumur jagung, jurusan pariwisata menjadi favorit di berbagai tempat. Di Fakultas Ilmu Budaya UGM, jurusan pariwisata menjadi yang terfavorit, mengalahkan IT dan ekonomi. Di Sekolah Tinggi Pariwisata Pelita Harapan, Manajemen Pariwisata juga yang terfavorit. STP Trisakti, STP Bandung, STP Bali, sampai STP Ambarrukmo di Yogyakarta juga mengalami peningkatan jumlah mahasiswa pariwisata.
Ini bukti jurusan pariwisata mulai mengambil jatah jurusan lain. Bersiap-siaplah tersingkir wahai jurusan lain!
2. Kuliahnya Gampang
“Kuliah di Teknik susah! Ekonomi apalagi! Kalau di jurusan Hukum males hapal undang-undang, di IT gak paham komputer, terus di Psikologi ga paham pelajarannya. Jurusan Bahasa? Gak bisa ngomong. Ya udah, ambil pariwisata aja. Kayaknya enak, bisa jalan-jalan.”
Seperti itulah kira-kira bisikan iblis ke para remaja yang takut menghadapi masa kuliah. Kemudian terpikirlah kuliah yang gak banyak mikir dan bisa hepi-hepi. Ambil jurusan jalan-jalan: pa-ri-wi-sa-ta.
Kelihatannya jurusan pariwisata memang enak karena bisa jalan-jalan. Tapi tunggu dulu, gak segampang itu! Gak percaya? Yuk liat apa yang sebenarnya bakal dipelajari anak jurusan pariwisata.
- Statistik pariwisata: Mata kuliah yang bakal ngitung-ngitung angka. Seperti ngitung jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata, lalu prediksi dari demografinya, geografi, sampai ke psikografi. Ini agar kita bisa tahu kebijakan objek wisata itu mau dibawa ke mana.
- Tourism behavior: Membahas perilaku wisatawan. Kayak belajar psikologi!
- Ekonomi pariwisata: Matkul ini membahas seberapa besar dampak pariwisata di suatu destinasi atau objek wisata, baik secara makro maupun mikro. Kayak belajar ekonomi!
- Tourism law: Pembahasan aturan-aturan untuk objek wisata, hotel, restoran, dan usaha pariwisata lain. Kayak belajar hukum!
- Studi Wilayah atau perencanaan destinasi: Kamu harus belajar zonasi pengembangan kawasan wisata. Seperti belajar teknik!
- Manajemen objek wisata: Belajar manajemen!
- Ekowisata: Dalam matkul ini, kamu akan belajar tentang mengembangkan pariwisata berbasis pelestarian alam. Kayak belajar ilmu kehutanan atau lingkungan!
- Tourism philosophy: Sudah jelas bakal belajar apa di matkul ini. Pastinya tentang filosofi manusia saat melakukan perjalanan wisata.
- Bahasa Inggris, bahasa Perancis, bahasa Jepang, bahasa Mandarin:Belajar bahasa asing agar bisa berkomunikasi dengan turis mancanegara!
- Geografi pariwisata: Membahas pemetaan potensi wisata. Bisa dalam lingkup daerah, provinsi, sampai nasional. Kayak belajar geografi!
- Pariwisata budaya: Tentang bagaimana mengembangkan pariwisata yang didasarkan kepada kearifan budaya lokal. Jadinya belajar antropologi, sejarah, dan arkeologi!
Itu baru beberapa mata kuliah saja loh (tiap kampus beda-beda) - yang lebih mengerikan masih banyak!
Contoh lain mengenai kesulitan kuliah jurusan ini bisa dilihat di kurikulum S1 Pariwisata STP Ambarrukmo. Pada semester II, di samping kuliah reguler, para mahasiswa juga harus membuat jurnal tentang DCS (Domestic case study / kasus pariwisata dalam negeri) di mana mahasiswa harus melakukan studi kasus di seluruh Indonesia untuk menganalisis berbagai objek wisata. Pada semester IV, mereka harus membuat FCS (Foreign Case Study) yang mengharuskan mahasiswa keluar negeri untuk membandingkan objek wisata di luar negeri dengan di Indonesia.
Selanjutnya ada magang kerja, bisa ke dinas pariwisata, ke bandara, imigrasi, hotel, perusahaan tour and travel, dan badan industri pariwisata lain selama 3 bulan. Ini bisa juga diganti dengan kerja di luar negeri selama 6 bulan.
Lalu mahasiswa jurusan pariwisata & perhotelan harus melewati program KKN-Pariwisata, Proposal Skripsi, Seminar, dan Ujian akhir. Hal-hal ini bisa jadi harus kamu ulang dari awal kalau “bermasalah”.
Gak gampang bukan? So welcome to the jungle!
3. Kuliahnya Basi
Basi itu bukan tentang jurusan kuliahnya, tetapi tentang siapa dosennya. Setiap kampus pasti punya oknum dosen basi yang selalu eksis di jamannya.
Jadi nikmatilah kebasian tersebut, karena di kampus manapun pasti ke-basi-ismean dosen selalu ada. Mereka ada di mana-mana dan berkembang biak. Jadi nikmatilah dan banyak berdoa.
4. Kuliahnya mahal
Jumlah uang yang harus kamu keluarkan untuk masuk ke kampus/jurusan pariwisata pasti bikin geleng-geleng kepala orang tua deh. Memang wajar kalau mahal, karena biaya operasional untuk proses belajar-mengajar sambil jalan-jalan itu tidak murah.
Tapi ada banyak kampus yang jurusan pariwisatanya murah kok. Universitas-universitas yang jurusan pariwisatanya mahal biasanya karena segmen mereka memang menengah keatas dan citra mereka menutupi kampus lain. Ini mengakibatkan munculnya stereotipe bahwa masuk jurusan pariwisata mahal. Padahal tidak selalu begitu!
5. Jalan-jalan Terus Kerjaannya
“Enak ya kuliahnya anak pariwisata. Weekend kerjaannya ke objek wisata, ngerjain tugas sambil jalan-jalan. Gak kayak aku anak farmasi yang kalau ada tugas bisa dari pagi sampai malam di lab ngeliatin alat-alat laboratorium.”
Eh, itu kelihatannya saja ya. Ke objek wisata itu kerjaanya banyak, lho! Dalam mata kuliah Studi Wilayah (ilmu tata ruang), anak pariwisata ke objek wisata untuk ngeliat atraksi dan potensi yang ada.
Aktivitas lain yang perlu dilakukan adalah melihat aksesibilitas, mengukur jalan ke objek wisata, menghitung jembatan, serta memeriksa sarana dan prasarana lainnya. Lalu amenities destinasi wisata juga perlu dikaji, kayak ngitungin tong sampah, kamar mandi, toko-toko oleh-oleh dan pembuangan limbah. Jangan lupa kalau ancillary service juga perlu dicek, seperti brosur pemasaran, pintu gerbang, peta, dan lain-lain.
Pengalaman saat kunjungan ke objek wisata juga beragam - mulai dari wawancara dengan tokoh adat & masyarakat setempat, dimarah-marahin warga setempat karena dikira utusan caleg yang ingin pencitraan, sampai mau digebukin.
Anak pariwisata bisa menghabiskan waktu seminggu di objek wisata, dari pagi sampai sore. Masih mau bilang kegiatan jalan-jalan anak pariwisata itu enak?
Anak pariwisata juga tidak selalu jalan-jalan kok. Kuliah 1 semester penuh hanya di dalam ruangan kelas sampai otak berbusa sering terjadi. Mengantuk, tertidur, bolos, sampai merasa bahwa dunia ini akan berakhir pasti juga dialami anak jurusan pariwisata. Namanya juga masih kuliah, ya pasti harus ngerasain yang seperti itu.
6. Bacanya Hanya Buku Tentang Objek Wisata
Coba lihat lagi poin kedua, deh. Hampir semua buku dilahap oleh anak pariwisata. Pasalnya, saat mengembangkan sebuah tujuan wisata atau objek wisata, kita harus belajar tentang semua unsur-unsur yang ada di dalam kawasan wisata tersebut. Contohnya unsur sosial budaya, lingkungan, masyarakat, ekonomi, manajemen, keuangan, komunikasi, pemasaran, dan tata ruang.
7. Mahasiswa Pariwisata Hapal Info Segala Objek Wisata
“Bro, gue mau ke Jogja seminggu nih, lu yang ajakin muter-muter keliling Jogja ya?”
“Mas, tau hotel Pakuningratan gak? Katanya sih di daerah Jogja”
“Bosku mau ke Jogja nih, mau ke Borobudur, tolongin jadi guide yah”
Pasti banyak yang bertanya atau minta tolong seperti di atas. Memang sih kita anak pariwisata, tapi kita gak tahu juga semua objek wisata dan hafal semua hotel. Emang kita Dinas Pariwisata?
Lalu objek wisata itu ada banyak ya! Jadi gak semua objek wisata kita tahu ceritanya! Please, deh.
8. Paham Tentang Pengembangan Desa Wisata
Melanjutkan poin di atas, Ilmu Pariwisata sebenarnya memiliki beberapa spesialisasi lho. Contohnya attractions and destination, human resource management in tourism, tourism marketing, MICE, lodging, heritage, sampai ke culinary. Jadi tiap mahasiswa pariwisata biasanya punya spesialisasi sendiri.
Nah, kalau ketemu anak pariwisata yang spesialisasinya culinary dan kamu tanya-tanya tentang desa wisata, bisa-bisa kamu digoreng hidup-hidup.
9. Penampilan Elegan
Pernah main ke STP Bali? STP Bandung atau NHI? Ke STP Pelita Harapan? STP Ambarrukmo dan STP AMPTA? Celana kain, kemeja, dasi, jas, pantofel, sampai rambut klimis jadi seragam wajib mereka.
Namun tidak semuanya seperti itu. Mahasiswa yang dasinya gak dipakai atau diturunin seperti drama Korea juga ada. Mahasiswa yang pantofelnya diganti sneakers juga banyak dan mahasiswa yang jasnya buluk terkadang ada.
10. Skripsinya Gampang
“PENGARUH NEGARA ASAL TEHADAP MOTIVASI WISATAWAN MENGUNJUNGI OBJEK WISATA CANDI PRAMBANAN”
“THE EFFECT OF ONLINE TRAVEL AGENCY CUSTOMER PERCEIVED VALUE TO SATISFACTION AND LOYALTY (A CASE STUDY AT VALADOO.COM)”
“HUBUNGAN KUALITAS PELAYAN, CITRA, DAN PROMOSI TERHADAP LENGTH OF STAY GUEST DI HOTEL ROYAL AMBARRUKMO YOGYAKARTA”
“MOTIVASI WISATAWAN MENGGUNAKAN PAKAIAN ADAT JAWA KETIKA MENGUNJUNGI OBJEK WISATA BUDAYA MAKAM RAJA-RAJA MATARAM IMOGIRI”
“STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI BARON BERBASIS KEPADA EKOWISATA DALAM UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SECARA EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL”
Itulah sekelumit judul-judul skripsi rumit yang biasanya dipakai mahasiswa pariwisata kalau mau skripsi atau tugas akhir.
Menyusun berbagai bab, meneliti, bermain dengan kuisioner, wawancara, dan SPSS juga pasti harus dilalui. Belum lagi dimaki-maki dosen pembimbing sampai tak bisa tidur dan berasa dunia sudah berakhir. Semua anak pariwisata pasti akan merasakannya.
Masih yakin skripsinya anak pariwisata gampang?
11. Kuliahnya lama
Lagi-lagi ini merupakan penyimpulan yang membabibuta. Karena lama itu bukan tentang tempat kuliah dan jenis jurusan. Lamanya kuliah itu tentang bagaimana seorang mahasiswa berkomitmen menyelesaikan kuliahnya. That's it.
12. Setelah Lulus, Kerjanya di Objek Wisata Atau Hotel
Pariwisata itu dasar ilmunya adalah hospitality atau keramah tamahan, yaitu ilmu tentang bagaimana melayani guest.
Ilmu ini memang banyak digunakan di Hotel, namun saat ini 60% dari sebuah produk adalah pelayanannya. Sebagus-bagusnya produk kamu, kalau pelayanannya gak bagus, katanya 'your product is nothing!'.
Jadi ilmu tentang pelayanan sebenarnya bisa diaplikasikan ke berbagai industri. Seperti di perusahaan perbankan, operator seluler, maskapai penerbangan, KAI, PELNI, pelayanan konsultan, dan badan pemerintahan.
Anak pariwisata bahkan bisa masuk ke perusahaan pertambangan lho! Karena katanya orang pariwisata itu ahli banget kalau nge-lobi (baca: ngoceh).
***
Kalau kamu terinspirasi untuk kuliah pariwisata di luar negeri setelah membaca artikel di atas, Hotcourses Indonesia mau bagi-bagi info tempat kuliah untukmu:
Butuh beasiswa? Coba telusuri daftar jurusan pariwisata & perhotelan di luar negeri yang menawarkan beasiswa bagi mahasiswa asal Indonesia.
Jangan lupa bahwa kamu bisa membaca berbagai artikel yang telah kami susun mengenai kuliah pariwisata & perhotelan di luar negeri. Pastikan juga kamu follow semua kanal media sosial Hotcourses Indonesia untuk mendapatkan berita terbaru mengenai pendidikan di luar negeri dan info terhangat dari berbagai universitas internasional.
Mau tanya-tanya soal kuliah pariwisata & perhotelan di luar negeri? Langsung saja daftar untuk konsultasi GRATIS dengan konselor IDP yang siap membantumu mendaftar dan kuliah di berbagai universitas mancanegara unggulan!
BACA JUGA:
-
JENIS-JENIS KETERAMPILAN YANG AKAN BANYAK DICARI PASCA PANDEMI
-
INILAH 10 UNIVERSITAS TOP DI DUNIA VERSI QS WORLD UNIVERSITY RANKINGS 2022
-
PERINGKAT UNIVERSITAS DUNIA VERSI TIMES HIGHER EDUCATION 2022
Sumber:
bersabda.com/mitos-kuliah-jurusan-pariwisata/