
Semua orang tahu, perjuangan mendapatkan beasiswa itu tidak gampang. Seberapa banyak yang berhasil mendapatkannya? Sangat banyak!! Kok bisa??...
Sebenarnya dapatin beasiswa memang susah, tapi bukan mustahil. Daripada bertanya mungkinkah saya mendapatkan beasiswa, lebih penting bertanya: ‘Siapkah saya mendapatkan beasiswa?’ Karena itu adalah perjalanan yang menantang, tetapi seru.
Kalau kamu merasa sendirian berjuang mendapat beasiswa, ada baiknya simak nasihat dari seorang sahabat Hotcourses, Ratnasari Dewi, yang akhirnya mendapat beasiswa setelah mendaftar 7x! yang berarti Dewi gagal 6x sebelum akhirnya berhasil!
Ih Wi, hebat banget si loe bisa dapat beasiswa!!!
Ucapan itu keluar dari setidaknya dari beberapa orang ketika mendengar saya mendapat beasiswa Fulbright untuk melanjutkan S2 ke Amerika. Beberapa orang mengucapkan selamat sambil terus bilang kata-kata di atas.
Buat saya, mendapat beasiswa adalah hal yang lumrah saja karena selama Indonesia masih menjadi negara berkembang, negara-negara maju akan memberikan bantuan beasiswa ini. Jadi, kalau gigih berjuang dan cerdas berusaha, beasiswa hanya tinggal masalah waktu.
Untuk saya begitu. Tidak banyak orang yang tahu bahwa ini adalah percobaaan ketujuh saya untuk mendapat beasiswa. Setelah mendapat enam kali pelajaran berharga, saya akhirnya lolos juga. Dan tidak tanggung-tanggung, saya mendapatkan beasiswa yang selama ini dianggap orang sangat prestisius dan susah. Bangga? Tentu saja. Keluarga dan suami saya masih terus memperlihatkan betapa bangganya mereka. Tapi setelah itu, lama-lama saya anggap beasiswa ini adalah amanah Tuhan yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Karena bukan main-main mendapat beasiswa. Saya punya tanggung jawab moral untuk kembali ke tanah air dan mengamalkan ilmu yang saya dapat di belahan bumi Tuhan yang lain.
Beasiswa pertama yang mengirimkan surat tolak adalah beasiswa Chevening ke Inggris. Saya sudah dipanggil wawancara, tapi saya belum berhasil. Yang kedua adalah ADS ke Australia. Surat penolakan itu datang lagi. Gondok? Bisa jadi begitu. Tapi karena kata gagal sudah tidak ada lagi dalam kamus hidup saya, saya tersenyum saja dan bilang dalam hati, “Wi, ini hanya masalah waktu.” Ketiga kalinya saya coba lagi Chevening. Malah lebih parah. Saya tidak dipanggil wawancara. Hahaha. Tertawa saya waktu itu. Saya lalu coba lagi ADS. Datang sebuah pemberitahuan bahwa ada surat datang ke kantor pos yang harus saya ambil. Begitu surat sampai di tangan saya, jelas-jelas tertulis, “Anda belum beruntung.”
Karena saya sudah siap mendapatkan surat tolak, saya biasa-biasa aja. “Baru empat kali,” saya berujar. Di mailing list Beasiswa, orang-orang ada yang mencoba sampai 15 kali baru berhasil. Jadi kalau baru empat kali dapat surat tolak, ini belum ada apa-apanya.
Saya menganggap yang paling hebat adalah orang yang bisa membiayai sekolahnya sendiri. Saya belum sanggup membayar mahal untuk sekolah di luar negeri. Ini membuat saya menjadi “pengemis intelektual”. Tapi buat saya, kalau ini memang caranya saya bisa memajukan bangsa, akan saya lakukan juga. Percobaan kelima adalah beasiswa Norad ke Norwegia. Saya gagal karena Universitas Padjadjaran tempat saya belajar dulu tidak punya kerjasama dengan UIO di Norwegia. Ah sudahlah. Masih banyak jalan menuju Roma. Saya percaya itu.
Selidik punya selidik, ada beasiswa ke Swedia. Saya sudah mulai menyusun strategi karena sudah pernah 5 kali dapat surat tolak. Intinya, pasti ada yang saya belum kuasai, sehingga saya belum bisa diterima. Betul sekali, bahwa saya mendapat surat tolak keenam kalinya. Saya ingat sahabat baik saya Tomi Haryadi. Dia mendapat beasiswa Stuned ke Belanda, lalu Fulbright Humphrey ke Amerika. Dia selalu bilang, “Wi, ayo. Sedikit lagi.” Saya kagum karena Tomi tidak pelit ilmu. Dia memberikan kepada saya tip-tip dan juga memberikan saya contoh-contoh Study Objective dan Personal Statement yang kira-kira bisa menarik perhatian para pemberi beasiswa. Ini yang membuat saya sadar, bahwa rezeki Tuhan tidak kemana. Tomi ingin saya, dan banyak kawan-kawannya mendapat beasiswa. Jadi tanpa pelit, dia membagi ilmunya.
Selanjutnya, saya melihat ada beasiswa Tsunami Fulbright yang khusus diberikan untuk putra-putri Aceh. Saya pikir, saya pasti tidak bisa karena saya bukan berdarah Aceh, jadi saya mau mendaftar yang regular saja. Namun ketika saya konfirmasi ke Aminef (organisasi yang bekerja erat dengan Fulbright), mereka bilang kalau kerja di Aceh maka bisa mencoba. Jadi saya pikir kenapa tidak.
Dengan gegap gempita, saya mendaftar. Belajar dari enam kali surat penolakan, kali ini saya minta supervisor saya di kantor untuk mencek Study Objective yang saya buat. Dia mementor saya. Beberapa waktu berlalu. Saya hampir lupa saya mendaftar beasiswa sampai kawan saya bilang beberapa kawannya sudah mendapat kabar dari Fulbright. Saya lantas membuka email khusus yang saya buat untuk mendaftar beasiswa. Saya melihat ada email yang bilang bahwa saya maju ke babak selanjutnya. Saya harus merevisi Study Objective dan membuat Personal Statement. Saya langsung menghubungi lagi supervisor saya. Tinggal empat hari waktunya. Tapi saya yakin, kalau rezeki, tidak akan kemana.
Singkat cerita, saya diterima. Puji Allah yang Mahaesa. Saya akan ke Amerika. Waktu berangkat masih sekitar 8 bulan lagi ketika saya harus rajin mengurus-urus administrasi.
Yang bisa saya bagi adalah bahwa beasiswa itu mudah. Yang membuat susah hanyalah pikiran kita saja yang sering kalah sebelum berperang. Yang membuat susah hanyalah rasa malas mengurus berkas dan menunda-nunda pekerjaan. Saya dulu cuti dari kantor di Banda Aceh dan bela-belain ke Bandung mengurus transkrip. Mahal sekali ongkosnya. Tapi karena saya mau, maka saya lakukan juga. Beberapa kawan beralasan jarak, tidak ada waktu, dan segala-gala rupa. Tapi semua orang punya waktu 24 jam, baik itu saya, Pak Jusuf Kalla, Presiden Obama, atau Rasul Muhammad dulu. Tinggal masalah prioritas atau tidak.
Beberapa orang malas ikut karena ribet harus riset mau sekolah dimana. Tapi jangan-jangan mereka lupa, bahwa tidak ada yang pakai proses di dunia ini. Kalau malas, bagimana mau dapat. Berikutnya, beberapa orang malas ikutan tes TOEFL atau IELTS. Alasaannya karena beberapa tes diadakan di hari Sabtu, di kala libur akhir pekan. Saya ingat sekali. Saya dan seorang kawan (yang juga keterima Fulbright) datang jam setengah 8 pagi untuk ikut tes TOEFL di hari Sabtu. Bisa kok, kalau mau.
Saya pernah membuat presentasi yang saya perdengarkan di Universitas Syiah Kuala dan IAIN Ar-Raniry. Waktu itu yang datang tidak banyak. Entah kenapa, tapi saya curiga karena mereka menganggap beasiswa itu susah. Berikut saya kutipkan beberapa tips yang pernah saya lakukan dan berhasil:
MULAI CARI INFO
Tidak akan bisa mendapatkan beasiswa kalau hanya berangan-angan. Semua harus dimulai dengan tindakan. Banyak sekali beasiswa yang tersedia, kamu perlu membaca persyaratannya dan memilih yang cocok. Untuk itu pastikan kamu telah:
1) Menentukan bidang studi yang diinginkan, akan lebih bagus lagi jika sudah memilih jurusan.
2) Memilih universitas, atau setidaknya punya gambaran mau kuliah di mana, di universitas apa. Karena ada beasiswa yang mensyaratkan harus telah menerima LoA (Letter of Acceptance), seperti beasiswa DIKTI, DIKNAS, LPDP. Tetapi ada juga beasiswa yang bisa menentukan universitas yang ingin dituju setelah berhasil mendapatkan beasiswa (misalnya Fulbright Scholarship).
3) Siapkan dokumen-dokumen penting seperti ijazah, transkrip nilai, sertifikat yang pernah kamu peroleh. Jika difotokopi, pastikan kualitasnya bagus dan mudah dibaca. Jika perlu dilegalisir, pastikan mencari pihak yang tepat.
4) Menyiapkan surat referensi. Biasanya untuk beasiswa sarjana diminta 2 surat referensi, bisa dari guru, kepala sekolah, atau tokoh yang bepengaruh. Untuk beasiswa pascasarjana terkadang diminta 3 surat referensi, bisa dari dosen, atasan tempat bekerja, pimpinan organisasi tempat kamu bergabung dan lainnya.
5) Menyiapkan resume atau CV, atau motivation letter. Ini sangat penting, karena melalui tulisan inilah, panitia menilai apakah kamu adalah orang yang ingin mereka cari. Jelaskan mengapa kamu memilih jurusan ini, dan ingin kuliah di sini. Jangan lupa tambahkan apa yang ingin kamu kontribusikan dengan ilmu yang telah kamu pelajari nanti.
6) Sudah punya hasil tes TOEFL atau IELTS dengan skor yang diterima di universitas luar negeri, atau yang diminta pemberi beasiswa. Perhatikan juga perbedaan antara TOEFL dan IELTS. Jika kamu ingin mencari beasiswa kuliah ke Inggris, kamu harus sudah lulus tes IELTS dengan skor minimal 5.5-6, karena untuk mendapatkan visa pelajar Inggris harus melampirkan hasil tes IELTS.
7) Sudah punya paspor. Tidak akan bisa ke luar negeri kalau tidak punya paspor. Keterangan di paspor juga diperlukan untuk administrasi pengajuan beasiswa.
TEKAD YANG KUAT
Setelah menentukan jurusan, maka bisa mulai mencari beasiswa yang relevan. Untuk ini butuh kesabaran. Beasiswa itu ternyata sangat banyak. Melengkapi persyaratan dan dokumen itu butuh waktu dan usaha. Banyak yang gagal karena merasa jenuh, capek, malas, dan kemudian berhenti di tengah jalan. Sayang sekali kan tidak berhasil mendapatkan beasiswa bukan karena tidak punya potensi, tetapi karena kurang usaha.
Tips:
1) Mulai pencarian infomu sedini mungkin, supaya kamu punya cukup waktu untuk melengkapi semua persyaratan dan dokumen yang dibutuhkan.
2) Jika beasiswa yang kamu inginkan telah lewat batas pendaftarannya, jangan kecewa. Kamu bisa mempersiapkan diri untuk pendaftaran tahun depan. Banyak beasiswa yang menerima pendaftar setiap tahun, misalnya The Singapore Scholarship. Pelajari semua persyaratan dan dokumen yang dibutuhkan, supaya kamu bisa langsung mengirimkan pendaftaran kamu begitu pendaftaran dibuka.
3) Internet adalah sumber yang bagus untuk mencari beasiswa. Kamu bisa browse daftar lengkap beasiswa di situs Hotcourses. Yayasan, organisasi, perusahaan juga merupakan sumber yang bagus.
FOKUS
Pilih beasiswa yang bisa kamu penuhi persyaratannya. Jangan buang-buang waktu untuk beasiswa yang tidak relevan. Oleh karena itu harus menentukan jurusan dari awal, punya gambaran mau kuliah di universitas mana, atau di negara mana. Jika belum pasti memilih jurusan yang mana, akan terlalu banyak beasiswa yang bisa dipertimbangkan, akibatnya akan menjadi sulit menentukan dan akhirnya malas untuk melanjutkan.
PANTANG MENYERAH
Sudah capek-capek cari info, ngejar dokumen ini itu, hasilnya ‘TIDAK DITERIMA’???!! Kecewa?So pasti..Nyerah?Jangan dulu. Banyak yang berhasil mendapatkan beasiswa setelah 3 kali, 6 kali, bahkan belasan kali setelah mengirimkan pendaftaran.
Tips:
1) Belajar dari pengalaman. Telusuri kembali apa yang salah. Apakah itu karena surat pernyataan yang kurang persuasif? Atau ada dokumen yang tidak lengkap? Dan lain sebagainya. Hindari kesalahan yang sama untuk pendaftaran berikutnya.
2) Terus motivasi diri sendiri. Semakin besar yang ingin kita capai, semakin berat perjuangannya.
3) Minta saran atau tips dari mereka yang berhasil mendapatkan beasiswa, contohnya ratnasaridewi, yang berhasil dapat beasiswa setelah 6 kali gagal.
Kesimpulan:
Usahakan dan persiapkan sebaik mungkin apa yang dibutuhkan untuk mendaftar beasiswa, yang terakhir, jangan lupa berdoa sesuai kepercayaan, mohon bimbingan dan restu dari yang atas, supaya permohonanmu dikabulkan.
GOOD LUCK!
Baca juga:
--
Jika kamu masih ragu untuk memulai rencana kuliah di luar negeri serta mencari informasi beasiswa, kamu bisa langsung berkonsultasi dengan konselor profesional yang akan membantumu memilih jurusan kuliah yang tepat. Membantu banget, kan? Tunggu apa lagi? Yuk, rencanakan pendidikan mu mulai dari sekarang!
Penulis: Ratnasari Dewi